Majalah elit Natgeo kali ini, Anda harus membelinya, karena akan terjadi revolusi pemikiran dan kesadaran, yang sangat bermanfaat bagi Anda dan bangsa. Natgeo kali ini membahas tema yang sangat kontroversial: GANJA.
![]() |
Ganja dalam Natgeo |
Kenapa saya tertarik topik ganja ini?
Sejenak saya melamun. Ya, beberapa saat lalu teman saya bercerita dengan menarik tentang manfaat ganja sebagai obat bagi penyakit-penyakit serius. Bahwa di banyak tempat, ganja medis (demikian istilah di artikel Natgeo ini) telah dilegalkan, bahkan ada banyak tempat yang melegalkan ganja rekreasi juga. Ini istilah untuk ganja yang tidak dikonsumsi sebagai obat.
Tapi bukan ini yang saya kira membuat saya tertarik artikel
ganja. Saya teringat cerita Guru Sejarah favorit saya saat SMA dulu. Beliau
memiliki kakek yang bekerja sebagai mantri candu. Dalam cerita Beliau, setiap
hari, kakek Beliau meluangkan waktu khusus untuk mengisap ganja. Pada saat itu
kakek Beliau akan terlihat sangat bahagia, tersenyum dan berada di dunianya
sendiri. Tidak lama kemudian, kakek Beliau akan kembali beraktivitas seperti
sedia kala.
Cerita itu, dalam pemahaman remaja saya, memperlihatkan bila
kakek Beliau tidak mabuk. Bertentangan dengan segala cerita efek mabuk yang
biasanya saya dengar. Cerita itu lama saya lupakan, namun akhir-akhir ini
sering mencuat di kepala saya. Seiring dengan pandangan baru saya tentang 'apa
yang dibolehkan' dan 'apa yang tak dibolehkan', terutama ketika menyangkut
sesuatu yang memabukkan, hewan-hewan tertentu dan juga cara berbusana tertentu.
Plus sedikit rasa sebal saya pada interpretasi yang terlalu tekstual pada kata
'boleh' dan 'tidak boleh itu.
Saya bisa menerima ketika minuman yang mengandung unsur yang
memabukkan tidak dibolehkan. Menjadi lebay ketika alat kosmetik yang notabene
tidak diminum, menjadi tidak dibolehkan karena adanya unsur tersebut. Menjadi
kejam, saat orang yang tak terikat aturan 'boleh' dan 'tidak boleh' itu juga
ikut dilarang bahkan dihukum.
Begitu juga dengan hewan dan busana. Menjadi kejam jika
hewan-hewan yang tak berdosa itu selalu dipandang dengan jijik dan penuh
penghakiman. Silahkan tidak mengkonsumsinya. Tetapi jangan kemudian membenci
hewannya. Mengapa tidak membuat interpretasi ulang yang lebih kekinian, tentang
cara-cara sah untuk membersihkan jijik misalnya.
Entahlah...
Ketertarikan tentang ganja bisa jadi bagian pemahaman
terbaru saya tentang keyakinan itu sendiri. Tidak hitam putih lagi. Berusaha
menggunakan hati dan nalar dalam bertindak. Dan terutama 'yakin untuk tidak
terlalu yakin.'
Memberi peluang bagi temuan-temuan baru yang merevisi
keyakinan lama.
Memberi peluang juga untuk percaya pada mitos-mitos lama
nenek moyang sebelum ditemukannya bukti-bukti baru.
Dinamis...
Karena yang pasti di semesta ini adalah perubahan itu
sendiri.
Ya ampun, cerita saya sudah melantur ke mana-mana, padahal
saya tidak mengkonsumsi ganja lho
0 komentar:
Posting Komentar